Lembaga Swadaya Masyarakat Peut
Sagoe mendesak Pemerintah Kabupaten Simeulue untuk secepat mungkin mengatasi
eksodus di daerah tersebut. Hal ini disampaikan Sekretaris Direktur LSM Peut
Sagoe Aceh Arman Ulma kepada ATJEHPOSTcom, Senin malam, 24 Juni 2013.
"Masyarakat Simeulue banyak
yang eksodus ke luar daerah dikarenakan tidak adanya peluang kerja yang memadai
di daerah itu," katanya.
Menurut Arman, banyaknya rakyat
Simeulue yang eksodus ini akibat lamban dan tidak tepatnya pemerintah menangani
ekonomi masyarakat. "Pengamatan kami, masyarakat Simeulue yang eksodus itu
terjadi mulai pada tahun 1990-an, namun pada tahun 2000-an rakyat kembali
ke daerah asal," ujarnya.
Terbentuknya Simeulue menjadi
kabupaten dan mengucurnya dana rehabilitasi usai tsunami, kata Arman,
menyebabkan warga kembali ke daerah Ate Fulawan tersebut.
"Setelah itu eksodus ini
kembali terjadi sejak tahun 2010, pemerintah setempat dianggap gagal dalam
membuka lapangan kerja kepada masyarakat," katanya.
Salah satu program andalan yaitu
dibukanya Perusahaan Daerah Kabupetn Simeulue (PDKS) dianggap gagal. Hampir 15
tahun kebun sawit ditanam, kata dia, PDKS belum menghasilkan apapun untuk
daerah.
"Malah menghabiskan uang daerah
tiap tahunnya, sehingga peluang kerja untuk masyarakat belum terbuka dan
eksoduspun kembali terjadi," kata Arman.
LSM Peut Sagoe mendesak pemerintah
Simeulue, baik ekskutif maupun legislatif agar mengatasi eksodus ini dengan
langkah-langkah konkrit. Dia menganjurkan pemerintah daerah mau membuka
lapangan kerja kepada masyarakat yang lebih merakyat dan memanfaatkan sumber
daya alam Simeulue sebaik mungkin.
"Seperti membuka ekonomi mikro
dan usaha-usaha lainnya yang berskala besar maupun kecil, sehingga masyarakat
Simeulue bisa hidup lebih mandiri tanpa harus eksodus," ujarnya.[](bna)
Sumber: ATJEHPOSTcom
Sumber: ATJEHPOSTcom
0 comments:
Post a Comment